Namun ternyata sampai kini para kiai terus membicarakan kasus Said Aqil
tersebut dalam berbagai pertemuan para kiai. Bahkan di grup-grup WA
kader NU kasus Said Aqil itu terus menjadi pembicaraan panas.
”Saya belum pernah menyaksikan forum yang sangat keras dan mempermalukan
orang (Said Aqil-red) seperti acara ini,” kata Katib Syuriah PCNU yang
hadir dalam acara tersebut. Menurut dia, saat itu para kiai benar-benar
marah terhadap Said Aqil Siraj sehingga mereka cenderung di luar
kontrol.
”Biasanya kalau pengurus PCNU itu kan santun dan sopan terhadap PBNU.
Ini tidak. Para kiai benar-benar marah. Mereka tak lagi menghormati Said
Aqil,” tegasnya.
Bahkan, tuturnya, para kiai itu berteriak-teriak menuntut Said Aqil
minta maaf. ”Sudahlah, minta maaf saja,” teriak para kiai saling
bersautan kepada Said Aqil. Namun Said Aqil bergeming.
Para kiai menuntut Said Aqil minta maaf atas dosa-dosanya selama ini.
”NU dan pesantren jangan dijual. Kami para kiai tak butuh uang. Kami
minta NU dan pesantren dijaga muru’ahnya,” teriak para kiai itu kepada
Said Aqil.
Menurut peserta yang hadir, Said Aqil benar-benar dipermalukan dan
direndahkan dalam forum terhormat itu. Padahal acara halaqoh dan
silaturahim itu dihadiri para kiai besar Jawa Timur. Antara lain KH
Abdul Jalil Nawawi, pengasuh pesantren Salafiyah Syafiiyah Sidogiri
Pasuruan, KH Zuhri, pengasuh pesantren Paiton Probolinggo, di samping
para rais Syuriah PWNU Jawa Timur dan Rais Syuriah PCNU se-Jawa Timur.
Sedang dari PBNU hadir Rais Am Syuriah PBNU KH Ma’ruf Amin, Wakil Rais
Am Syuriah PBNU KH Miftakhul Akhyar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj,
Katib Syuriah PBNU Yahya Staquf, dan Rais Syuriah PBNU KH Masdar F
Mas’udi.
”Kiai Nawawi Abdul Jalil keluar ruangan saat acara ini panas,” tutur
peserta halaqoh dan silaturahim tersebut. Masdar F Mas’udi juga keluar
ruangan saat acara itu berlangsung panas. "Tapi Masdar itu keluar
rupanya karena takut jadi sasaran berikutnya," tutur seorang kiai yang
ikut acara itu.
Apa saja dosa Said Aqil menurut para kiai itu? Ternyata banyak sekali.
Di antaranya PBNU di bawah kepemimpinan Said Aqil makin tak terkontrol.
Misalnya para pengurus yang satu kubu dengan Said Aqil ambil jalan
politik sendiri-sendiri dalam kasus Ahok. Jajaran Rais Syuriah PBNU yang
satu kubu dengan Said Aqil seperti Ishomuddin, Sadullah Afandi (Adun),
Masdar F Mas'udi jadi saksi meringankan kasus Ahok.
Sementara Rais Am Syuriah PBNU KH Ma'ruf Amin yang juga ketua MUI Pusat
justru memutuskan Ahok sebagai penista agama. Tampak sekali bahwa PBNU
makin tak kondusif dan tak taat Rais Am. Padahal Rais Am dalam PBNU
punya otoritas tertinggi dan harus dihormati. Bahkan publik membaca ada
perlawanan terbuka terhadap Rais Am PBNU hanya karena untuk membela
Ahok. Padahal Kiai Ma’ruf Amin dianggap sebagai orang bersih ketimbang
pengurus PBNU yang lain.
Memang terpilihnya Ma’ruf Amin dalam Muktamar NU di Jombang dianggap
bermasalah karena tak sesuai AD/ART dan tak melibatkan secara fair PWNU
dan PCNU. Tapi posisi Ma'ruf Amin masih lebih baik ketimbang
terpilihnya Said Aqil.
”Kalau Said Aqil kan dua-duanya bermasalah. Sistem yang memilih dia
bermasalah, Said Aqil sendiri bermasalah,” kata kiai NU. ”Kalau Kiai
Ma’ruf Amin hanya sistem pemilihannya yang bermasalah, sementara pribadi
Kiai Ma’ruf Amin kan tak bermasalah.”
Tapi yang menjadi fokus para kiai dalam acara halaqoh dan silaturahim
itu, antara lain, pernyataan Said Aqil yang menganggap tak sah salat
Jumat di jalan raya saat menjelang aksi 212 beberapa hari lalu. Saat itu
Said Aqil menyampaikan fatwa itu di depan Presiden Jokowi dalam acara
pembukaan Kongres Muslimat NU di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur.
Kiai Said Aqil menjelaskan, fatwa itu adalah hasil kajian Lembaga
Bahtsul Masail (LBM) PBNU yang dipimpin Dr Muqsith Ghozali. Sekedar
informasi, Muqsith Ghozali dikenal sebagai aktivis Jaringan Islam
Liberal (JIL).
Menurut para kiai, ada dua dosa atau kesalahan Said Aqil dalam kasus
fatwa salat Jumat ini. Pertama, fatwa itu tak benar karena dalam
kitab-kitab mu’tabarah pesantren seperti Muhaddzab dan sebagainya hal
itu tak ada. Para kiai menjelaskan bahwa salat Jumat di jalan sah sejauh
masih dalam radius perkampungan.
Kesalahan kedua, kata para kiai, Said Aqil telah menyalahi prosedur PBNU
dalam mengeluarkan fatwa. Menurut para rais Syuriah NU itu, yang
berwenang mengeluakan fatwa adalah Syuriah, bukan Tanfidiziah. Jadi Said
Aqil tak berhak mengeluarkan fatwa. Karena itu ketika Said Aqil
mengeluarkan fatwa tanpa prosedur yang benar banyak yang menduga ada
pesanan dari pihak tertentu.
Dosa kedua Said Aqil, menurut para kiai, adalah keterlibatannya dalam
Yayasan Peduli Pesantren (YPP) yang diketuai Hary Tanoesoedibjo (HT).
Yayasan ini mengining-imingi bantuan untuk pesantren dengan jumlah dana
miliran rupiah. Para kiai menuntut secara keras agar Said Aqil mundur
dari yayasan tersebut. Namun Said Aqil tak mau mundur. Ia mengaku masih
akan mempertimbangkan.
Para kiai makin marah ketika Said Aqil beralasan bahwa ia menjadi
pengurus YPP itu dalam kapasitas pribadi, bukan sebagai ketua umum PBNU.
”Kalau Anda bukan ketua umum PBNU, Hary Tanoe tak mungkin menjadikan
Anda sebagai pengurus YPP,” kata kiai marah.
Para kiai tak setuju Said Aqil masuk jadi pengurus Yayasan Peduli
Pesantren yang dipimpin Hary Tanaoe bukan saja karena ketua umum Perindo
itu pengikut Yesus yang sangat fanatik tapi juga karena jadi
pemprakarsa terselenggaranya Miss World di Indonesia yang dianggap
sebagai ajang maksiat karena pesertanya wanita yang hanya berbikini dan
celana dalam. Kabarnya ketua penyelenggara Miss World itu justeru
iisteri Hary Tanoe sendiri. Acara Miss World ini memang sempat ditentang
para ulama dan kiai tapi tetap terselenggara di Indonesia. Semula mau
ditempatkan di Jakarta namun kemudian dipindah ke Bali karena ditentang
para ulama dan kiai.
Sebenarnya bukan hanya Said Aqil saja yang diajak masuk sebagai pengurus
Yayasan Peduli Pesantren yang dipimpin ketua umum Partai Perindo Hary
Tanoe itu. KH Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah) namanya juga tercantum
dalam yayasan tersebut. Namun Gus Solah tak bersedia masuk sebagai
Pengawas yayasan tersebut. Gus Solah bahkan menggelar jumpa pers untuk
menegaskan bahwa dirinya menolak jadi pengurus yayasan tersebut. Apalagi
banyak kiai dan ulama serta habaib yang minta cucu pendiri NU
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari itu tak bergabung dengan yayasan yang
dipimpin Hary Tanoe itu.
Hingga kini para kiai masih menunggu sikap Said Aqil, apakah dia akan
mundur atau tidak dari yayasan tersebut. ”Kalau tak mundur, bisa jadi
para kiai akan mendesak Said Aqil mundur dari ketua umum PBNU,” kata
salah seorang peserta kepada wartawan.
Acara halaqoh dan silaturahim itu sebenarnya agenda Syuriah PBNU. ”Kiai
Ma’ruf Amin ingin ada penguatan Syuriah,” tutur orang dekat Kiai Ma’ruf
Amin.
Kiai Ma’ruf Amin berpandangan bahwa NU ini milik kiai sepuh NU. Karena
itu ia berharap ada masukan dari para kiai NU. Sehingga ada koordinasi
dan kesepahaman antara NU dan pemiliknya, yakni para kiai pengasuh
pesantren. Selain itu, menurut Kiai Ma’ruf Amin, acara ini dimaksudkan
untuk memperbaiki kinerja PBNU.
Tapi di luar dugaan ternyata Said Aqil hadir. Para kiai di Jawa Timur
yang selama ini jengkel dan marah terhadap manuver-manuver politik dan
perilaku Said Aqil akhirnya merasa mendapat momentum untuk melampiaskan
kemarahannya.
Lalu bagaimana komentar Said Aqil. ”Acara ini hanya untuk silaturahim,” katanya usai acara yang berlangsung panas itu.
[beritaislam24h.net / vic]
loading...