Anak-anak, remaja, dewasa, lansia, laki-laki, perempuan, semua menjadi
korban. Anak-anak menjadi yatim piatu. Istri menjadi janda. Laki-laki
menjadi duda. Kakek dan nenek kehilangan cucu-cucunya. Para cucu
kehilangan kakek dan neneknya.
Makanan tiada. Minuman sirna. Tiada yang bisa diharapkan untuk disantap
dan diteguk, kecuali kepulan asap bom dan debu-debu yang merusak
kesehatan.
Dunia yang tak adil kembali membisu. Saat ada negara Eropa atau Amerika
diserang oleh entah siapa, mereka lantang bersuara atas nama hak asasi
dan keadilan. Namun, tatkala kaum Muslimin dihabiskan, tiada satu pun
huruf yang meluncur dari lisan dan jemari mereka.
Aleppo adalah kita. Aleppo adalah kaum Muslimin. Sungguh kita akan
ditanya saat tak ada kepedulian. Ketika tiada lagi sekadar rasa pedih
yang menyeruak saat ada seorang Muslim yang disakiti.
Namun, kita masih punya satu senjata. Kita masih memiliki satu peluru.
Kita masih bisa menggunakannya, kapan pun kita mau atau di waktu-waktu
yang memang dianjurkan untuk meluncurkannya.
Ialah waktu saat senjata kita pasti mengenai sasaran. Waktu tatkala
senjata itu mampu mengubah segalanya, atas izin Allah Ta'ala Yang Maha
Mengabulkan doa. Waktu ketika semua yang kita panjatkan dibalas tunai
dengan kemenangan bagi kaum Muslimin.
Ialah doa di sepertiga malam, menjelang salam dalam tiap shalat, saat
bersujud, di hari Jum'at sore selepas Ashar, dan waktu-waktu mustajabah
lainnya.
Berdoalah, sahabat. Jangan sampai ketidakpedulian kita dibalas dengan hisab yang berat di Hari Akhirat kelak.
Ya Allah, tolong dan menangkan saudara kami, kaum Muslimin dan Mujahidin
di Aleppo, Damaskus, dan seluruh penjuru bumi, termasuk kaum Muslimin
di Indonesia. Dan jadikanlah kami bagian dari para pejuang yang
menegakkan agama-Mu. Aamiin.
[beritaislam24h.net / tc]
loading...