Peneliti sekaligus pemilik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani mengatakan, kasus penistaan agama yang menyeret Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki T Purnama alias Ahok memberikan keuntungan bagi Front Pembela Islam (FPI) dan rival Ahok di Pilgub DKI. Saiful menilai, FPI mendapatkan banyak teman untuk memperkuat sentimennya terhadap Ahok.
Hal ini terlihat dari besarnya gelombang massa yang mendesak kepolisian
segera mengusut dan menahan Ahok karena dianggap menistakan agama saat
demonstrasi 4 November dan 2 Desember lalu. Kasus ini berawal saat Ahok
mengutip surah Al Maidah 51 demi pencalonannya di Pilgub DKI.
"FPI Cs yang membawa framing double minority dan klaim penistaan agama
Islam, temannya bertambah banyak ketika kontestasi politik nyata di DKI
terjadi," kata Saiful dalam diskusi bertajuk 'Ada Apa di Balik Sentimen
Anti-Cina?' di LBH, Jakarta, Kamis (29/12).
Dia menjelaskan, awalnya FPI memang sudah menyerang Ahok karena beragama
non muslim. Upaya gerakan anti Ahok itu bahkan telah digaungkan sebelum
tahapan Pilgub DKI Jakarta dimulai. Sayangnya gerakan itu kurang
mendapat perhatian dari masyarakat.
"FPI Cs dari sananya sudah anti-Ahok, dan sudah sering melakukan aksi
anti-Ahok jauh sebelum Pilkada. Tapi tidak pernah besar, dan tidak
pernah mendapat perhatian berarti dari publik," klaimnya.
Selain FPI, ternyata kasus ini juga dimanfaatkan oleh pesaing Ahok di
Pilgub DKI. Menurutnya, para rival Ahok terkesan memperbesar frame soal
perkara penistaan agama Ahok. Tujuannya, menurunkan elektabilitas Ahok
dan gagal menjadi gubernur di periode kedua.
"Bukan hanya karena FPI cs tapi juga karena rival Ahok dan gerbong
pendukungnya dalam Pilkada DKI membuat framing itu membesar," ujar
Saiful.
[beritaislam24h.net / vic]
loading...