Dari Abu Hurairah ra., telah bersabda Rasulullah Saw.,
“Tidak akan terjadi kiamat sehingga bangsa Romawi sampai di A’maq atau
Dabiq. Kedatangan mereka akan dihadapi oleh sebuah pasukan yang keluar
dari kota Madinah yang merupakan penduduk bumi yang terbaik pada masa
itu. Apabila mereka telah berbaris (dan berhadap-hadapan untuk
berperang), bangsa Romawi akan menggertak: “Biarkan kami membuat
perhitungan dengan orang-orang kami yang kalian tawan (maksudnya adalah
bangsa Romawi yang telah masuk Islam)!” Mendengar gertakan itu, kaum
muslimin menjawab: “Demi Allah, kami tidak akan membiarkan kalian
mengusik saudara-saudara kami!” [HR. Muslim]
Dabiq adalah nama sebuah kampung yang berjarak empat farsakh dari Kota
Halb (Aleppo), termasuk dalam distrik ‘Azaz. Ghuthah adalah sebuah
daerah di negeri Syam yang dikelilingi oleh gunung-gunung yang tinggi,
sungai-sungai, dan hutan yang lebat. Di kawasan inilah terletak Kota
Damaskus.
Ada beberapa faktor yang berkemungkinan menjadi penyebab dipilihnya
wilayah tersebut sebagai basis pertahanan pasukan Romawi, antara lain:
Wilayah A’maq dan Dabiq (Aleppo), sekalipun masuk di wilayah Damaskus,
namun keduanya merupakan wilayah yang berbatasan dengan negara Turki
yang juga dekat dengan hulu sungai Eufrat dan Tigris. Posisi yang dekat
dengan wilayah perairan merupakan posisi strategis dalam sebuah
pertempuran yang bersandar pada kekuatan senjata manual.
Hal itu sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. dalam
peperangan Badar, saat itu kaum muslimin berahasil menguasai terlebih
dahulu sumber-sumber mata air Badar. Ada sebuah riwayat lemah yang
dibawakan oleh Nu’aim bin Hamad tentang perang A’maq ini: “Bangsa Romawi
(Eropa-Amerika) tidak akan membiarkan tepi pantai (saluran air) pada
hari-hari perang besar, kecuali akan mereka kuasai.”
Pilihan wiayah yang berbatasan dengan Turki juga merupakan posisi
strategis bagi pasukan Romawi. Dalam hal ini, meskipun mayoritas
penduduk Turki adalah muslim, namun secara resmi Turki (pemerintahannya)
adalah negara sekuler yang lebih berafiliasi pada Barat Romawi. Turki
sendiri telah berupaya untuk diposisikan sebagai bagian dari Uni Eropa
daripada masuk di wilayah Timur Tengah. Dalam posisinya yang seperti
itu, maka keberadaan mereka mirip seperti Bani Quraizhah yang sudah
diikat perjanjian untuk tidak memerangi kaum musslimin, akan tetapi
mereka justru berkhianat dan bergabung dengan koalisi Quraisy dalam
perang Khandaq. Inilah barangkali yang menjadi salah satu penyebab
ditaklukkannya Turki-Konstatinopel oleh Imam Mahdi dan kaum muslimin
pasca perang al Malhamah al Kubra. Mereka telah berkhianat kepada kaum
muslimin dengan memberikan bantuan dan fassilitas termasuk logistiknya
untuk pasukan koalisi Romawi dalam memerangi kaum muslimin.
Dengan memerhatikan dari sudut pandang geografis yang ada, wilayah A’maq
dan Dabiq adalah tempat yang paling memungkinkan bagi pasukan Romawi
untuk menyerang kaum muslimin. Nampaknya ia menjadi salah satu faktor
utama bagi pasukan Romawi karena mereka tidak lagi memiliki energi yang
cukup dan persenjataan modern untuk menyerang kaum muslimin di wilayah
yang lebih jauh dari tempat itu. Juga wilayah tersebut adalah yang
paling memungkinkan untuk ditempuh dengan pasukan infanteri maupun
pasukan berkuda mereka (tidak ada wilayah laut/perairan yang menghalangi
pasukan mereka untuk sampai di dekat markas kaum muslimin). Ditambah
bahwa selama masa yang dibutuhkan untuk sampai ke wilayah tersebut,
pasukan Romawi mendapatkan fasilitas dan bantuan dari pihak Turki. Juga
jika sewaktu-waktu pasukan mereka harus mundur dalam menghadapi al Mahdi
dan kaum muslimin, dengan sangat mudah mereka berlindung di wilayah
Turki dan meminta bantuan dari mereka.
Wilayah A’maq dan Dabiq merupakan wilayah yang masuk dalam negara
Damaskus. Dalam hal ini, negeri Basyar Asad itu kelak akan menjadi
benteng pertahanan kaum muslimin yang terpenting. Imam Mahdi dan
pasukannya akan menjadikan negeri Damaskus (Ghuthah) sebagai pusat
pertahanan mereka. Hal itu sebagaimana yang telah dinubuwatkan dalam
hadits shahih, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya kota tempat berkumpulnya kaum muslimin pada hari
berkecamuk perang yang sangat sengit adalah di Ghuthah dekat sebuah kota
yang dinamakan Damaskus, yang termasuk kota terbaik negeri Syam.” [HR.
Abu Dawud]
Ghuthah adalah sebuah daerah di negeri Syam yang dikelilingi oleh
gunung-gunung yang tinggi, sungai-sungai, dan hutan yang lebat. Di
daerah inilah terletak Kota Damaskus.
Bahkan Rasulullah Saw. secara tegas menyebutkan kehebatan pasukan
Damaskus yang akan menghadapi pasukan Romawi ini. Dari Abu Hurairah ra.
bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda:
Jika telah terjadi banyak peperangan besar (di akhir zaman), Allah akan
mengeluarkan sebuah pasukan mantan budak dari Kota Damaskus. Mereka
adalah bangsa Arab yang paling baik kuda dan persenjataannya. Allah akan
meneguhkan agama ini melalui perantaraan mereka. [HR. Ibnu Majah]
Dengan melihat faktor di atas, tampaknya menjadi semakin beralasan jika
Romawi akan menyerang kaum muslimin di wilayah tersebut. Sebagaimana
telah dijelaskan di atas, bahwa peperangan ini adalah perang
eksistensial yang sangat menentukan. Perang di A’maq dan Dabiq ini
merupakan perang yang mempertaruhkan harga diri, masa depan, dan
peradaban masing-masing. Jika kaum muslimin menang, maka hancurlah
peradaban Barat untuk selama-lamanya yang mustahil rasanya untuk bisa
bangkit kembali dari keterpurukannya. Dalam hal ini, pasukan Romawi
barat juga melihat bahwa pusat komando dan kekuatan kaum muslimin
terletak di wilayah Damaskus. Maknanya, jika mereka berhasil mengalahkan
kaum muslimin di negeri tersebut, maka dengan sangat mudah mereka akan
menundukkan kaum muslimin di negeri-negeri lainnya. Hal ini mirip
seperti yang dijanjikan oleh pasukan Ahzab saat mereka mengerahkan lebih
dari 10.000 pasukan untuk menggempur Kota Madinah dan mengepungnya dari
seluruh penjuru. Pasukan Ahzab berasumsi bahwa jika Muhammad dan kaum
muslimin berhasil dikalahkan dalam peperangan ini, maka akan tamatlah
riwayat kaum muslimin dan tidak akan bangkit untuk selama-lamanya.
Hal serupa juga yang akan menginspirasi pasukan Romawi hingga mereka
mengerahkan seluruh kekuatan mereka dengan melibatkan 80 bendera yang
masing-masing bendera terdiri dari 12.000 pasukan terlatih. Jumlah yang
sangat luar biasa besarnya ini (960.000 personil hingga mendekati satu
juta orang) adalah untuk yang pertama kalinya terjadi di akhir zaman.
Kehebatan dan kedahsyatan pasukan Romawi ini sempat menggentarkan kaum
muslimin yang belum pernah terjadi dalam peperangan sebelumnya. Saking
dahsyatnya kekuatan pasukan Romawi ini, sehingga Rasulullah Saw.
menggambarkan bahwa pada peristiwa itu akan banyak terjadi kegoncangan
(kemurtadan) pada kaum muslimin. Bagaimana tidak, mereka akan menghadapi
960.000 pasukan terbaik Romawi dengan persenjataan lengkap dan
persiapan yang matang? Bahkan nubuwat beliau juga menyebutkan di tiga
hari pertama peperangan sudah sepertiga umat Islam yang gugur sebagai
syuhada, sementara sepertiga lainnya lari meninggalkan medan perang.
Kelompok inilah yang dinyatakan tidak akan diterima taubatnya (Allah
tidak memberinya taufiq untuk bertaubat). Beliau Saw. menjelaskan,
“Dalam pertempuran itu akan terjadi kegoncangan yang sangat (keraguan
hati). Kaum muslimin membentuk sebuah pasukan perintis berani mati yang
tidak akan kembali kecuali setelah mendapat kemenangan. Terjadilah
pertempuran dahsyat (dari pagi hari hingga sore), sampai akhirnya datang
malam menghentikan peperangan mereka. Kaum muslimin dan bangsa Romawi
kembali ke kemah-kemah mereka, tanpa ada pihak yang meraih kemenangan.
Seluruh anggota pasukan berani mati umat Islam tersebut ternyata
terbunuh di medan laga. Maka kaum muslimin kembali membentuk sebuah
pasukan perintis berani mati, yang tidak akan kembali kecuali setelah
mendapat kemenangan. Terjadilah pertempuran dahsyat (dari pagi hari
hingga sore), sampai akhirnya datangnya malam menghentikan peperangan
mereka. Kaum muslimin dan bangsa Romawi kembali ke kemah-kemah mereka,
tanpa ada pihak yang meraih kemenangan.
Seluruh anggota pasukan berani mati umat Islam tersebut ternyata
terbunuh di medan. Kaum muslimin pun kembali membentuk sebuah pasukan
perintis berani mati, yang tidak akan kembali kecuali setelah mendapat
kemenangan. Terjadilah pertempuran dahsyat (dari pagi hari hingga sore),
sampai akhirnya datang waktu malam menghentikan peperangan mereka. Kaum
muslimin dan bangsa Romawi kembali ke kemah-kemah mereka, tanpa ada
pihak yang meraih kemenangan.
Seluruh anggota pasukan berani mati umat Islam tersebut ternyata kembali
terbunuh di medan laga. Maka pada hari ke-4, kaum muslimin yang tersisa
maju ke kancah pertempuran dengan ganas, sehingga akhirnya Allah
mengalahkan bangsa Romawi. Pasukan Romawi terbunuh dalam jumlah yang
sangat banyak yang belum pernah dialami sebelumnya. Begitu banyaknya
yang terbunuh, sehingga apabila ada burung yang melewati kawasan
pertempuran mereka, maka burung itu akan mati sebelum meninggalkan
mereka (akibat bau busuk bangkai yang bertebaran). Satu sama lain yang
masih hidup pun menghitung jumlah keluarganya yang terbunuh di medan
laga. Ternyata dari 100 orang saudara, hanya seorang saja yang masih
bertahan hidup. Maka harta rampasan perang mana yang bisa mendatangkan
kebahagiaan? Harta warisan mana lagi yang harus dibagikan?
Kemenangan di Tangan Umat Islam
Nubuwat Rasulullah Saw. dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
menyebutkan bahwa peperangan yang amat dahsyat itu akhirnya dimenangkan
oleh kaum muslimin. Kaum muslimin berhasil mengalahkan pasukan bangsa
Romawi dengan kemenangan yang menakjubkan. Hal itu sebagaimana yang
tersirat dalam nash berikut, “Maka terjadilah pertempuran antara kedua
pasukan. Sepertiga pasukan Islam akan melarikan diri dari medan
pertempuran, maka Allah tidak akan mengampuni mereka (memberi mereka
taufiq untuk bertaubat) untuk selama-lamanya. Sepertiga pasukan Islam
yang lain akan terbunuh, dan mereka adalah sebaik-baik orang yang mati
syahid di sisi Allah. Sepertiga pasukan Islam lainnya akan memenangkan
peperangan, tanpa mendapatkan fitnah (bencana atau kesesatan) sedikitpun
selamanya.” [HR. Muslim]
Bagaimana Kemenangan itu Diperoleh?
Satu hal yang menakjubkan adalah, bagaimana—jalan ceritanya—hingga kaum
muslimin akhirnya bisa memenangkan pertempuran melawan pasukan komando
Romawi? Sebab, di samping nubuwat Rasulullah Saw. tentang besarnya
jumlah pasukan Romawi yang hampir satu juta personil, pasukan Romawi
Bani Ashfar yang dihadapi oleh kaum muslimin dalam al Malhamah al Kubra
ini adalah pasukan yang sangat tangguh dan terampil. Mereka adalah para
prajurit komando yang memiliki keunggulan dalam banya hal: strategi,
fisik dan mental. Belum lagi jumlah personil, logistik, dan peralatan
yang besar.
Tidak kita pungkiri bahwa kelompok umat Islam yang menghadapi pasukan
besar Romawi dalam al Malhamah al Kubra jelas adalah orang-orang yang
istimewa. Mereka adalah orang yang memiliki kualitas iman, akhlak, dan
mental yang lebih unggul dari pasukan Romawi. Mereka adalah orang-orang
yang berani mati demi membela kaum muslimin. Mereka adalah orang-orang
yang hanya mengenal satu tekad, tidak pulang sebelum menggapai
kemenangan. Dan terbukti dalam tiga hari pertama peperangan, seluruh
barisan terdepan umat Islam gugur sebagai syuhada’. Bahkan perbandingan
yang gugur dengan yang selamat adalah 99 : 1. Rasulullah Saw. juga
bersaksi bahwa pada zaman itu mereka termasuk manusia terbaik di muka
bumi ini dengan sabda beliau “yang merupakan penduduk bumi yang terbaik
pada masa itu”. Beliau bersaksi bahwa mereka yang gugur adalah “para
syuhada’ yang paling mulia di sisi Allah”. Beliau bersaksi bahwa pasukan
terdepan yang mereka utus untuk memata-matai pergerakan Dajjal adalah
‘Mereka pada waktu itu adalah sebaik-baik prajurit berkuda di muka
bumi”. [beritaislam24h.net / emc]
loading...