Sekelompok Orang Tolak Kedatangan Raja Salman ke Indonesia, Netijen Geram


Sekelompok masyarakat yang menamakan diri Aliansi Anti Perang melakukan unjuk rasa di depan Kedutaan Besar (Kedubes) Kerajaan Arab Saudi di Jakarta, Kamis, 26 Januari 2017, untuk menyuarakan penolakan atas kunjungan Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud ke Indonesia pada Maret mendatang.

Para aktivis juga menggelar aksi serupa di Kedubes Turki untuk mengekspresikan pendapat mereka bahwa Raja Salman, seperti raja-raja Arab Saudi sebelumnya, “adalah pemecah-belah umat Islam”.
Ketika tiba di depan Kedubes Arab Saudi, jumlah mereka baru lima orang dan langsung membentang beberapa spanduk bertuliskan antara lain “Rakyat Indonesia Menolak Kedatangan Raja Salman Penjahat Kemanusiaan dan ‘Bandar’ Teroris Dunia”.

Salah satu dari mereka meneriakkan seruan “Tolak Salman” sambil memegang poster-poster gambar Presiden Joko Widodo dan Raja Salman bertuliskan “Tolak Kedatangan Raja Pembunuh”.

Mereka memulai aksi dengan membaca Pancasila dan dilanjutkan orasi oleh pembicara pertama, Hertasning Ichlas, yang mengatakan, “Kami adalah segelintir rakyat Indonesia yang sadar, yang membaca, dan yang mengetahui tindak tanduk negara ini (Arab Saudi).”





“Dia (Salman) tidak pernah punya perhatian terhadap Palestina, tapi dia lebih senang memecah-belah negara Islam. Di Suriah, kita sudah lihat,” ujar Hertasning dalam orasinya.

Sesudah itu, beberapa peserta demo, termasuk dua perempuan, yang datang bergabung belakangan mengambil giliran untuk berorasi menyatakan pendapatnya.

“Indonesia adalah negeri luhur, bukan negeri barbar. Kami menolak kehadiran Raja Salman, raja barbar, penjahat kemanusiaan di berbagai belahan dunia, di Yaman, Suriah, Iran, bahkan di Indonesia, turut menjadi sponsor terorisme,” ujar Ahmad Taufik, peserta aksi.

“Rakyat kita dibodohi seolah-olah (Arab) Saudi adalah segalanya (dalam Islam),” ujar Hakima Rachman, dari Muslimah Ahlulbait Indonesia.

Beberapa peserta bergabung belakangan termasuk mahasiswa yang membawa bendera Palestina dan Suriah, dan seorang pelajar sekolah menengah kejuruan dari Jakarta Utara berusia 16 tahun yang mengaku bernama Dafa.

Ketika BeritaBenar bertanya mengapa tertarik untuk ikut serta dalam demonstrasi ini, dia menjawab, “Karena simpati dengan negara-negara yang dijajah.”

Rizki, seorang mahasiswa yang membawa bendera Palestina, mengaku sudah tahu ada pernyataan dari Kedutaan Besar Palestina pada 21 Januari yang menyesalkan bendera Palestina dibawa dalam “unjuk rasa tidak damai” terkait urusan domestik Indonesia.

“Perilaku itu tidak bisa diterima, tidak bisa dianggap sebagai tanda dukungan atau solidaritas terhadap Palestina," ujar Kedubes Palestina dalam pernyataannya.

Namun Rizki dan beberapa pendemo mengatakan, yang mereka bawa adalah bendera Partai Ba’ath, sebuah partai politik berbasis di Irak dan Suriah. Mereka mengaku sebagai simpatisan partai tersebut.
Tidak ada perwakilan Kedubes Arab Saudi yang keluar menemui pendemo hingga aksi bubar setelah berlangsung 1,5 jam dan mengumpulkan total peserta tidak sampai 20 orang.

Persiapan
Menjelang kedatangan Raja Salman yang rencanya pada 1 hingga 9 Maret, Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, secara maraton mengadakan pertemuan dengan Rais al-Marasim al-Malakiyyah atau Kepala Protokol Istana Raja.

Mereka melakukan berbagai persiapan dan pengaturan rencana kunjungan raja yang mempunyai sebutan resmi Khadimul Haramain as-Syarifain, Pelayan Dua Kota Suci, Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud.
Siaran pers KBRI Riyadh, 25 Januari, menyebutkan kunjungan ini akan menjadi lawatan historis sejak Raja Faisal bin Abdul Aziz ke Indonesia sekitar 47 tahun silam. Ketika itu, Raja Faisal mendarat di bandar udara Kemayoran yang sekarang sudah berubah menjadi kawasan bisnis dan pemukiman.

“Pada pertemuan kami dengan Kepala Protokol Kerajaan, Dr. Khaled bin Saleh al-Abbad, telah disampaikan secara langsung konfirmasi dan kepastian kunjungan Raja Salman ke Indonesia pada awal Maret 2017 lengkap dengan susunan agendanya,” ujar Maftuh.

Dalam beberapa pertemuannya dengan Diwan Malaki atau pihak Kerajaan Arab Saudi, Maftuh mengatakan salah satu hal yang dibahas dalam persiapan kunjungan itu adalah kebijakan penambahan kuota haji untuk Indonesia.

Pada 11 Januari lalu, Presiden Jokowi sudah mengumumkan bahwa kuota haji Indonesia untuk 2017 adalah 221 ribu, terdiri dari tambahan 10 ribu dan kembalinya kuota normal yaitu 211 ribu, setelah beberapa tahun terakhir dipotong sekitar 20 persen karena ada renovasi di Masjidil Haram.

Maftuh juga menjelaskan kunjungan Raja Salman ke Indonesia akan menjadi momen dan tonggak bersejarah yang memiliki arti khusus dan bobot penting dalam kerangka hubungan bilateral kedua negara yang selama ini telah terjalin dengan erat dan kokoh.

“Kunjungan Raja Salman ke Indonesia akan menjadi peristiwa penting dan agung yang akan mengobati kerinduan rakyat dan masyarakat Indonesia sejak 47 tahun silam,” ujarnya.

source  http://www.benarnews.org/indonesian/berita/demo-tolak-raja-saudi-01262017140735.html
loading...

Subscribe to receive free email updates: