Gemuruh Anti-Cina di Turki Kian Membesar, Beijing Kelabakan

Semua warga negara China yang berada di Turki diminta untuk menghindari kerumunan orang yang menggelar protes anti-China.



Peringatan Kementerian Luar Negeri dikeluarkan setelah berlangsung sejumlah demonstrasi di Istanbul pada akhir pekan untuk menentang perlakuan pemerintah China terhadap minoritas Uighur yang beragama Islam.

"Belum lama ini, pelancong Cina diserang dan diganggu."

Peringatan yang disampaikan Kementerian Luar Negeri komunis Cina melalui website pada Ahad, (05/07) , itu menyatakan telah terjadi berbagai demonstrasi yang mengarah kepada kepentingan pemerintah Cina.

Hubungan antara Turki dan Cina tegang setelah pemerintah negeri komunis itu melarang muslim Uighur yang tinggal di Propinsi Xinjiang beribadah dan menunaikan puasa pada bulan suci Ramadan.

Perlakuan pemerintah Cina mendapatkan perhatian besar warga Turki yang memiliki latar belakang budaya dan agama sama dengan warga Uighur.


Turki pada Jumat, (03/07), bersumpah akan membuka pintu selebar-lebarnya bagi etnis Uighur untuk melarikan diri guna menghindar dari penganiayaan.

"Warga Cina diminta untuk tidak mendekat atau memfilmkan unjuk rasa serta mengurangi kegiatan di luar rumah," bunyi peringatan dari Kementerian.

Koran Turki, Hurriyet, dalam laporannya menulis, ada sekelompok massa menyerang rumah makan Cina di distrik terkenal di Istanbul, Tophane, pekan lalu. "Mereka menghancurkan kaca jendela."

Ratusan pengunjuk rasa menggeruduk kantor konsulat Cina di Istanbul sambil membawa bendera dan meneriakkan slogan anti-Cina di luar gedung. Para pengunjuk rasa juga membakar bendera Cina.

"Kaum Uighur adalah saudara kami. Mereka dianiaya karena imannya," tutur Muhammet Gokce, 17 tahun, yang mengenakan ikat kepala warna biru dengan kalimat "Warga Turki Timur Kalian Tidak Sendiri."

Pada pekan lalu, Turki berjanji untuk selalu membuka pintunya lebar-lebar bagi kaum Uighur yang beragama Islam jika ingin melarikan diri dari penganiayaan di china.

Turki juga menyatakan kekesalannya atas China karena telah melakukan pembatasan kepada kaum Uighur dalam melakukan ibadah puasa selama bulan Ramadan.

Ratusan orang Uighur tewas dibunuh selama kurang lebih tiga tahun terakhir di dalam penyerangan yang menimpa kota Xinjiang. Beijing menyalahkan militan Islam akan hal ini, dan menuduh mereka ingin membentuk negara independen yang dinamakan dengan Turkestan Timur.[aceh/MMC]

AL JAZEERA
loading...

Subscribe to receive free email updates: